Ambisi AI Telegram terungkap! Ekosistem TON gelontorkan 4,2 miliar untuk menerapkan Nvidia B200 GPU

Perusahaan cadangan token AlphaTON Capital Corp yang terdaftar di Nasdaq mengajukan permohonan registrasi sementara senilai USD 420,69 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi infrastruktur AI dan komputasi berkinerja tinggi guna mendukung jaringan Cocoon AI milik Telegram, serta mendorong akuisisi perusahaan berpenghasilan dalam ekosistem. Perusahaan ini telah menerapkan GPU Nvidia B200 ke Cocoon, menambah sumber pendapatan baru bagi bisnisnya.

Strategi Penempatan Jaringan Cocoon AI & Perlombaan Persenjataan GPU

(Sumber: AlphaTON)

Dana ini akan membantu AlphaTON mendanai “ekspansi ambisius” untuk infrastruktur kecerdasan buatan dan komputasi berkinerja tinggi guna mendukung jaringan Cocoon AI milik Telegram. Cocoon, singkatan dari Confidential Compute Open Network milik Telegram, adalah platform komputasi AI terdesentralisasi yang dikembangkan oleh Telegram dan dibangun di atas blockchain TON.

Model bisnis Cocoon memungkinkan pengguna menyewakan GPU mereka untuk memproses permintaan AI dan mendapatkan imbalan berupa Toncoin. Konsep komputasi AI terdesentralisasi ini bukan hal baru, dengan proyek seperti Render Network dan Akash Network yang telah menjajaki bidang ini. Namun, keunggulan unik Cocoon terletak pada integrasi mendalamnya dengan Telegram. Telegram memiliki 900 juta pengguna aktif bulanan; jika Cocoon mampu menarik sebagian kecil pengguna untuk berkontribusi daya GPU, maka akan terbentuk jaringan komputasi terdistribusi raksasa.

AlphaTON pada hari Senin mengumumkan telah menerapkan sejumlah GPU Nvidia B200 ke Cocoon, “menambah sumber pendapatan baru untuk bisnisnya”. Nvidia B200 adalah chip pelatihan AI generasi terbaru dengan harga satuan lebih dari USD 30.000 dan performa jauh melebihi generasi sebelumnya. Penerapan GPU kelas atas ini menunjukkan posisi strategis AlphaTON sebagai pemasok daya komputasi di jaringan Cocoon.

Logika ekonomi dari strategi ini adalah: seiring ledakan aplikasi AI dan permintaan komputasi yang terus meningkat, pihak yang memiliki GPU akan memperoleh pendapatan sewa berkelanjutan. Jika Cocoon benar-benar menjadi pemasok daya komputasi utama untuk aplikasi AI dalam ekosistem Telegram, AlphaTON sebagai investor awal berskala besar akan memperoleh keunggulan pertama dan efek skala. Namun, strategi ini juga memiliki risiko: investasi perangkat keras GPU sangat besar dan depresiasinya cepat; jika jaringan Cocoon gagal menarik permintaan permintaan AI yang cukup, GPU tersebut bisa menganggur dan menyebabkan kerugian.

Strategi Akuisisi & Integrasi Ekosistem Telegram

(Sumber: The Block)

Menurut pengumuman, AlphaTON merencanakan strategi akuisisi untuk “perusahaan berpenghasilan dalam ekosistem Telegram”. AlphaTON menyatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi beberapa “target akuisisi berpotensi tinggi”, termasuk startup yang fokus pada pembayaran, distribusi konten, dan layanan blockchain dalam ekosistem open network. Dana ini juga akan digunakan untuk membentuk cadangan token TON AlphaTON serta “aset digital terkait lainnya”.

Strategi akuisisi ini menandai transformasi penting dalam model bisnis perusahaan aset digital (DAT). DAT generasi awal seperti MicroStrategy memiliki model bisnis yang sangat sederhana: meminjam dana untuk membeli koin, menahan koin tanpa menjual, dan menunggu nilainya naik. Namun, seiring penilaian premium untuk perusahaan yang hanya menahan koin menurun, generasi baru DAT mulai mencari sumber pendapatan yang lebih beragam. Strategi AlphaTON adalah tidak hanya memegang token TON, tetapi juga berinvestasi dan mengakuisisi perusahaan operasional dalam ekosistem Telegram untuk memperoleh pendapatan operasional selain kenaikan harga token.

Sebagai contoh, perusahaan ini merevisi kesepakatan akuisisi 60% saham platform game mobile GAMEE senilai USD 15 juta dan berencana membeli GMEE dan Watcoin senilai hingga USD 4 juta di pasar terbuka. Selain itu, perusahaan juga berencana meluncurkan kartu Mastercard edisi khusus TON pada Desember melalui kerja sama dengan PagoPay dan ALT5 Sigma. Langkah-langkah ini menunjukkan AlphaTON sedang membangun portofolio investasi ekosistem Telegram yang terpadu.

Seiring menurunnya permintaan pasar terhadap pemegang aset kripto publik, DAT lainnya juga mencari ekspansi bisnis melalui layanan infrastruktur dan akuisisi. Pada November tahun lalu, saat nilai aset kelolaan (mNAV) perusahaan manajer aset turun, AlphaTON menyatakan telah mengalihkan sebagian besar neraca ke Toncoin dan posisi staking, sembari menjajaki peluang ekspansi lain.

Logika Taruhan Kontrarian Modal Ventura Top

Awal tahun ini, Open Network Foundation (TON Foundation) mengumumkan bahwa sekelompok institusi modal ventura ternama seperti Benchmark, CoinFund, Draper Associates, Sequoia Capital, dan Skybridge telah menginvestasikan lebih dari USD 400 juta ke cryptocurrency Toncoin. Menurut laporan, Coinbase Ventures juga merupakan salah satu pemegang saham TON. Banyak di antara investor tersebut turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan Seri A The Open Platform yang dipimpin Ribbit Capital, sehingga total pendanaannya mencapai USD 70 juta.

Apa logika di balik taruhan para modal ventura papan atas ini? Telegram memiliki 900 juta pengguna aktif bulanan, jumlah yang diidamkan oleh blockchain mana pun. Jika TON berhasil mengonversi pengguna Telegram menjadi pengguna blockchain, potensi pasar mereka jauh melampaui semua blockchain publik saat ini. Perusahaan seperti Sequoia Capital dan Benchmark melihat nilai strategis dari “pintu gerbang ke miliaran pengguna”, dan meskipun harga saat ini anjlok, prospek jangka panjang dinilai layak untuk dipertaruhkan.

AlphaTON meluncurkan program cadangan token TON pada September usai menyelesaikan pendanaan privat senilai USD 36,2 juta dan memperoleh pinjaman USD 35 juta dari BitGo Prime. Perusahaan menyatakan targetnya adalah membeli token TON senilai sekitar USD 100 juta dan berinvestasi ke ekosistem mini app. BitGo, Animoca Brands, Kraken, dan SkyBridge menjadi penasihat AlphaTON, mencakup bidang kustodian, gaming, bursa, dan manajemen aset.

“Melepaskan diri dari batasan ‘penawaran terbatas’ SEC atas penggalangan dana menandai tonggak penting transformasi AlphaTON Capital menjadi penyedia infrastruktur AI terdesentralisasi generasi berikutnya,” ujar CEO Brittany Kaiser. “Setelah efektif, pernyataan registrasi ini akan memberi kami fleksibilitas pendanaan, memungkinkan kami secara cepat dan tegas menangkap peluang transformasional.”

ATON ditutup naik lebih dari 7,5% pada hari Kamis dan kini diperdagangkan di USD 1,71. Rebound harga saham ini menunjukkan pengakuan awal pasar atas rencana pendanaan dan investor bertaruh AlphaTON mampu memanfaatkan dana ini untuk memperoleh posisi strategis di ekosistem TON dan Telegram.

Krisis Ekosistem di Balik Anjloknya TON 80%

Pada puncaknya, kapitalisasi pasar token TON pernah menembus 10 besar dengan harga tertinggi USD 8,25. Namun, setelah itu harga token turun hampir 80% dan kini diperdagangkan di USD 1,80. Berdasarkan laman harga The Block, peringkat kapitalisasi pasarnya turun ke posisi 40. Penurunan tajam ini terjadi hanya dalam beberapa bulan, mencerminkan runtuhnya kepercayaan pasar kripto terhadap ekosistem TON.

TON (The Open Network) adalah blockchain Layer 1 yang awalnya digagas oleh pendiri Telegram, Pavel Durov. Setelah Telegram dihantam tekanan hukum dari SEC AS atas ICO senilai USD 1,7 miliar, mereka resmi menghentikan pengembangan blockchain kustom tersebut. Setelah itu, bermunculan berbagai proyek berbasis komunitas, salah satunya Open Network, blockchain berperforma tinggi yang dirancang untuk terintegrasi dengan aplikasi Telegram Messenger.

TON sempat populer berkat game “mini app” seperti Notcoin dan Hamster Kombat, yang konon menarik jutaan pengguna Telegram. Ledakan game mini app tersebut membuat TON menjadi salah satu blockchain publik terpopuler di 2024, memecahkan rekor pengguna harian dan volume transaksi. Namun, boom berbasis game ini terbukti tidak berkelanjutan.

Begitu sensasi game mini app memudar, tingkat retensi pengguna merosot tajam. Pengguna aktif harian Notcoin dan Hamster Kombat turun dari puluhan juta ke jutaan, banyak yang keluar dari ekosistem setelah menerima airdrop. Pola perilaku “datang dan pergi” pengguna ini mengungkap masalah mendasar, yakni kurangnya aplikasi mendalam di ekosistem TON. Jika pengguna hanya datang demi airdrop, bukan menggunakan layanan blockchain secara nyata, nilai jangka panjang ekosistem sulit dibangun.

Empat Penyebab Utama Anjloknya Token TON

Turunnya hype mini app: Retensi pengguna Notcoin dan Hamster Kombat anjlok

Minimnya use case: Selain game, kurang aplikasi matang seperti DeFi, NFT, dll

Koreksi pasar secara umum: Pasar kripto turun dari puncak 2024

Risiko hukum Telegram: Penangkapan Pavel Durov di Prancis picu kekhawatiran regulasi

Meski harga anjlok, ekosistem TON belum benar-benar runtuh. Infrastruktur blockchain tetap berjalan, komunitas developer masih aktif, dan 900 juta pengguna aktif bulanan Telegram masih menjadi keunggulan terbesar TON. Keputusan AlphaTON mengajukan penggalangan dana besar-besaran saat masa sulit ini menunjukkan keyakinannya terhadap nilai jangka panjang ekosistem TON, atau setidaknya sebagai taruhan strategis pada posisi kontrarian.