Kekayaan, dimulai dari ambisi

Banyak orang merasa sangat menyesal karena tidak membeli rumah dua puluh tahun yang lalu, siapa yang menyangka harga rumah akan melonjak secara drastis. Daripada mengatakan mereka tidak memiliki pandangan jangka panjang saat itu, lebih tepat jika dikatakan mereka kurang memiliki ambisi.

Sedangkan mereka yang dengan tegas membeli rumah pada masa itu, hati mereka dipenuhi dengan keinginan kuat untuk memiliki rumah, dan inilah yang membuat mereka mengambil keputusan yang paling tepat. Sebenarnya, tidak semua orang yang membeli rumah saat itu benar-benar kaya, dan orang yang kaya pun belum tentu membeli rumah.

Kebanyakan orang berada di garis start yang sama, hanya saja sebagian dari mereka takut dan ragu-ragu, sehingga melewatkan tren besar zaman; sebagian lagi memiliki “ambisi” yang kuat, dan didorong oleh keinginan kekayaan, mereka naik ke kereta zaman.

Orang yang memiliki “ambisi” yang kuat biasanya memiliki sikap proaktif, dan lebih mudah menemukan peluang bisnis, bahkan saat tidak ada peluang, mereka tetap bisa mencari dan menciptakan peluang.

Para pengusaha yang memiliki kekayaan miliaran, kebanyakan sejak kecil sudah memiliki “ambisi” kekayaan, baik mimpi yang tidak realistis saat muda maupun tekad dan keinginan yang teguh, semuanya membutuhkan keberanian dan tindakan besar.

“Dewa saham” Buffett pernah berani berkata saat kecil, bahwa dirinya ingin menjadi jutawan saat usia 30 tahun, dan kenyataannya dia telah mewujudkan mimpinya lebih awal.

Raja baja Carnegie saat berusia 15 tahun sudah berbicara tentang berbagai cita-citanya dan “ambisinya”, dia berkata bahwa setelah dewasa nanti ingin mendirikan perusahaan Carnegie Brothers, dan ingin menghasilkan banyak uang untuk membeli kereta untuk orang tua. Kedua bersaudara sering berbicara tentang permainan “jika” ini, yang membuat hati mereka penuh harapan, bekerja keras dan menunggu waktu yang tepat. Akhirnya, mereka menangkap peluang itu, seperti macan hitam yang menyergap mangsanya di kegelapan, dan mewujudkan mimpi mereka.

Pengusaha China seperti Jack Ma dan Ren Zhengfei, semuanya memiliki “ambisi” yang kuat, dan di bawah dorongan “ambisi” mereka membangun kerajaan bisnis mereka sendiri.

Tentu saja, memiliki “ambisi” bukan berarti tidak realistis atau serakah, melainkan tidak melanggar aturan hukum dan moral, serta memiliki dasar yang nyata. “Ambisi” seperti ini dapat memotivasi potensi subjektif seseorang secara maksimal, terutama saat masih kecil, dapat menggali potensi dan bakat mereka secara penuh, dan mendapatkan sikap yang lebih positif.

Untuk memiliki kekayaan, seseorang harus memiliki ambisi; ambisi adalah gen dari kekayaan.

Di dunia ini, mengapa ada orang yang bisa mengumpulkan kekayaan miliaran dan mencapai kesuksesan, sementara yang lain tetap miskin dan sibuk berjuang? Jawabannya terletak pada apakah seseorang memiliki “ambisi”.

Seorang yang tidak memiliki “ambisi”, bahkan tidak memiliki keberanian untuk “bermimpi”, bagaimana bisa menciptakan kekayaan dan menjadi pemenang dalam hidup?

“Ambisi” adalah obat yang baik untuk mengatasi kemiskinan. Orang yang kurang “ambisi” hidupnya selalu pas-pasan, stagnan, tanpa mimpi dan keinginan, tetap berada di zona nyaman mereka. Sedangkan “ambisi” dapat membantu kita keluar dari zona nyaman, memberi kita tujuan untuk maju, dan juga keberanian serta tindakan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

$COOKIE **$BROCCOLI **$COAI