Perlombaan untuk Menguasai Internet: DAO vs. Korporasi pada 2026

Sumber: CritpoTendencia Judul Asli: Perlombaan untuk Menguasai Internet: DAO vs. Korporasi pada 2026 Tautan Asli:

Pada tahun 2026, perjuangan untuk menentukan tata kelola Internet semakin memanas, karena Organisasi Otonom Terdesentralisasi (DAO) dan korporasi besar tradisional saling bersaing untuk menentukan siapa yang akan mengendalikan layanan, infrastruktur, dan arsitektur jaringan global di tahun-tahun mendatang.

Skenario ini, yang didorong oleh kemajuan Web3, model hibrida, dan kerangka hukum yang terus berkembang, menandai tahap transisi di mana benturan signifikan dapat terjadi antara inovasi yang didorong oleh komunitas dan kekuatan struktur korporasi.

DAO vs. Kekuatan Korporasi

Munculnya DAO telah mengubah perdebatan tentang siapa yang mengambil keputusan di jaringan, karena, berbeda dengan korporasi tradisional di mana pimpinan berada di tangan eksekutif dan dewan direksi, organisasi ini berjalan melalui smart contract dan sistem pemungutan suara terbuka.

Dengan demikian, komunitas pengguna dapat berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya. Hal ini membuka kemungkinan untuk menciptakan platform infrastruktur, penyimpanan, identitas digital, dan komputasi yang dikelola oleh para penggunanya sendiri, dengan aturan dan kas yang dikelola secara transparan.

Seiring semakin banyaknya kasus sukses — mulai dari protokol penyimpanan seperti Filecoin, hingga solusi identitas dan tata kelola seperti ENS atau Aragon — jelas bahwa DAO menawarkan kerangka operasional yang fleksibel, terbuka, dan tahan sensor.

Namun, mereka masih menghadapi tantangan besar, seperti partisipasi pemungutan suara yang rendah, konsentrasi token, dan beberapa kerentanan keamanan.

Sebaliknya, korporasi tradisional tetap memiliki keunggulan dalam hal modal, skalabilitas, dan pengalaman operasional, meskipun biasanya lebih memprioritaskan struktur kontrol terpusat dan profitabilitas dibandingkan keterbukaan komunitas.

Kompleksitas Tatanan Digital Baru

Dalam praktiknya, tata kelola Internet pada 2026 telah menjadi mosaik model hibrida. Beberapa platform memilih skema campuran di mana mereka mempertahankan entitas hukum korporasi untuk berinteraksi dengan regulator dan menjamin stabilitas, sambil mendelegasikan sebagian pengambilan keputusan kepada komunitas melalui DAO.

Namun, koeksistensi ini tidak lepas dari ketegangan. Muncul pertanyaan tentang tanggung jawab hukum jika terjadi kegagalan pada smart contract, sengketa atas kepemilikan intelektual dari pengembangan kolektif, dan batasan normatif ketika kepentingan korporasi dan komunitas saling bertentangan.

Gugatan hukum baru-baru ini tentang otonomi hukum DAO terhadap undang-undang di berbagai negara menunjukkan betapa kompleksnya skenario ini. Kerangka hukum yang lebih jelas juga masih diperlukan untuk isu seperti akses data, pengelolaan kas kolektif, atau respons terhadap insiden keamanan.

Selain itu, transparansi radikal yang menjadi ciri khas DAO dapat bertabrakan dengan tuntutan privasi pengguna, sementara kelincahan korporasi kerap berbanding terbalik dengan lambatnya proses tata kelola kolektif. Keseimbangan yang tidak stabil ini menimbulkan tantangan teknis dan hukum yang belum pernah ada sebelumnya dan turut menentukan ritme masa depan digital.

Internet Menuju 2026: Dominasi Sentralisasi atau Konsensus Terdistribusi?

Perebutan antara DAO dan korporasi jauh lebih dari sekadar perselisihan teknologi, karena juga menentukan prinsip-prinsip yang akan mengatur Internet di masa depan. Di satu sisi, desentralisasi mendorong model partisipasi lebih luas, tahan sensor, dan lingkungan yang lebih adil di mana pengguna bisa langsung memengaruhi peraturan.

Namun, bertolak belakang dengan visi komunitas ini, struktur korporasi menawarkan stabilitas, investasi, dan layanan berskala besar, meski juga berisiko mempertahankan monopoli dan skema kontrol vertikal.

Meski demikian, semua indikasi menunjukkan bahwa pada 2026 akan ada berbagai skema tata kelola yang hidup berdampingan, dengan platform hibrida yang menyesuaikan diri sesuai dengan karakter layanan, tuntutan hukum, dan ekspektasi pengguna.

Oleh karena itu, pilihan antara jaringan yang dipandu konsensus kolektif atau didominasi kepentingan korporasi tetap terbuka, dan setiap kemajuan hukum atau teknis akan mengarahkan keseimbangan pada model yang berbeda.

Pada akhirnya, perlombaan untuk menguasai Internet tidak hanya mendefinisikan teknologi, tetapi juga hak, kebebasan, dan peluang bagi mereka yang hidup di ruang digital.