Investor BlackRock tiba-tiba melakukan penarikan besar-besaran dari pasar ETF kripto, dengan dana keluar lebih dari $100 juta dalam satu hari—di antaranya ETF Bitcoin dijual senilai $32,5 juta, sementara ETF Ethereum bahkan mengalami tekanan jual sebesar $75,2 juta.

Aksi ini bukan sekadar aksi ambil untung. Sebagai institusi manajemen aset terbesar di dunia, pergerakan BlackRock selalu dianggap sebagai penentu arah pasar. Tekanan jual yang terpusat seperti ini sangat mungkin memicu efek domino, membuat likuiditas pasar yang sudah rapuh menjadi semakin parah. Sektor altcoin akan jadi korban pertama, kemungkinan akan mengalami proses seleksi besar-besaran.

Bagaimana sebaiknya investor ritel menyikapi situasi ini? Beberapa saran berikut:

Pertama, jika menggunakan leverage, segera kurangi—risiko likuidasi kontrak paling mematikan di saat-saat seperti ini.
Kedua, bagi yang punya posisi besar, bisa pertimbangkan untuk mengurangi kepemilikan saat terjadi rebound, sisakan sejumlah dana tunai.
Ketiga, jangan buru-buru beli saat harga turun! Selama sentimen panik belum reda, sangat berisiko untuk "menangkap pisau jatuh".

Dari sudut pandang makro, di balik arus keluar dana ini, kemungkinan besar institusi sedang bersiap menghadapi kebijakan suku bunga "lebih tinggi untuk waktu lebih lama" dari The Fed. Penyesuaian jangka pendek memang tak terhindarkan, tapi logika utama bull market masih ada—pengetatan likuiditas hanyalah sementara, dan peluang sejati justru sering muncul setelah kejatuhan besar.

Pasar tak pernah kekurangan cerita, yang kurang adalah orang yang tetap jernih di tengah kekacauan. BlackRock sudah mundur, tapi permainannya belum berakhir—selanjutnya, siapa yang akan jadi pemain besar berikutnya? Kita tunggu dan lihat.