#美联储重启降息步伐 Awal tahun bisa mengulang mitos? Penurunan Bitcoin kali ini membuat banyak orang mulai meragukan hidup mereka.

Pendiri bersama 21Shares, Ophelia Snyder, baru-baru ini memberikan pernyataan yang cukup blak-blakan: jangan berharap lonjakan harga seperti awal tahun lalu bakal terulang di Januari tahun depan. Pernyataan ini memang terdengar menusuk, tapi jika dipikir-pikir—Bitcoin dari puncak US$125.000 di Oktober turun terus sampai sekitar US$92.000 sekarang, turun 10% dalam sebulan, efek domino dari likuidasi US$19 miliar sebelumnya masih terasa, suasana pasar memang sudah tidak stabil.

Tapi di sinilah bagian menariknya. Meski Snyder pesimis jangka pendek, untuk jangka panjang dia tetap optimis. Logikanya juga sederhana: jalur ETF makin terbuka lebar, dana institusi, bahkan sovereign fund diam-diam mulai masuk, narasi Bitcoin sebagai "emas digital" justru makin kuat. Penurunan kali ini lebih karena sentimen makro dan pelarian ke aset aman—saat pasar global tegang, semua aset juga ikut goyah.

Lalu, apa yang harus dilakukan investor ritel? Beli di bawah atau keluar sekalian?

Jujur saja, jangan biarkan grafik jangka pendek mengendalikanmu. Jika posisi portofoliomu masih ringan, koreksi seperti ini justru jadi kesempatan masuk bertahap; kalau sudah full posisi, pegang erat asetmu dan tunggu arah pasar berubah, jangan sampai jual di harga terendah. Dalam bull market, penurunan tajam itu wajar, di bear market pantulan juga biasa, intinya kamu harus punya posisi yang bikin kamu tetap bisa tidur nyenyak.

Kemungkinan besar, Januari tidak akan mengulang skenario tahun lalu, tapi cerita Bitcoin jelas belum selesai. Turun jangan panik, naik jangan jumawa, inilah mentalitas yang harus dimiliki orang yang sudah melewati beberapa siklus. Pasar selalu berfluktuasi, tapi yang bisa bertahanlah yang akhirnya bisa tersenyum.