#数字货币市场洞察 Memegang sisa uang 2000 rupiah terakhir, malam itu aku benar-benar tidur di halte bus.

Hujan turun sangat deras, aku hanya duduk di bangku halte, melihat daftar kontak di ponsel yang berubah menjadi tanda seru merah. Sebelumnya aku terlalu percaya dengan proyek "mining dijamin untung", semua uang aku taruh di sana, lalu hilang begitu saja. Bahkan pesan dari pemilik kontrakan yang menagih sewa pun aku tak berani balas.

Jalan keluar datang sangat lambat.

Setelah pindah ke kamar petakan 6 meter persegi di kampung kota, siang hari aku kerja di restoran, malamnya tenggelam membaca berbagai dokumen proyek. Setelah kehilangan semua, justru aku jadi lebih paham beberapa hal:

Pertama, jangan pernah masuk pasar saat semua orang sedang panik membeli. Hanya beli BTC dan ETH sedikit demi sedikit saat semua orang ketakutan dan menjual.

Kedua, belajar membaca grafik. Garis rata-rata EMA, indikator MACD sebenarnya tidak rumit, jika ada breakout di posisi kunci langsung ambil tindakan, tambahkan modal jika perlu, kurangi jika perlu.

Ketiga, mengontrol posisi adalah satu-satunya cara untuk bertahan. Aku buat aturan ketat untuk diri sendiri—setiap transaksi maksimal hanya boleh pakai 2% modal, seberapa menggiurkan pun peluangnya, jangan pernah all in.

Masa-masa bear market sungguh sulit dijalani, tapi aku tetap mengumpulkan koin sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya bull market datang, koin yang aku kumpulkan di harga bawah mulai meroket. Setelah aku jual sebagian secara bertahap, saldo rekening melonjak jadi tujuh digit.

Pasar itu, kamu menangis pun dia tidak akan iba, tapi kalau kamu benar-benar paham polanya, dia memang akan memberi imbalan. Dulu makan mi instan saja harus dihitung-hitung, sekarang setidaknya aku tidak perlu lagi khawatir uang untuk hidup.